Selasa, 09 Februari 2010

Jangan Bugil di depan kamera


Pada akhirnya ajakan Jangan Bugil di depan kamera cuma slogan saja di kalangan remaja ABG dan pelakon dunia hiburan di Indonesia. Benar mungkin menurut pengarang Jakarta Undercover,Moammar Emka bahwasanya pornografi di Indonesia sudah mencapai stadium lanjut, yakni stadium dimana pelakunya tidak hanya terobesesi pada seks, tapi sudah mengarah kepada Industri yang menguntungkan.

Lihat saja, bisokop-bioskop kita dibanjiri oleh film-film bergenre Dewasa. Heboh Suster Keramas yang mendatangkan Rin Sakuragi serta Mengejar Miyabi yang rencananya dilakonkan oleh Miyabi sendiri menunjukan geliat kearah legalisasi Industri porno di Indonesia. Seperti kita ketahui, Rin Sakuragi dan Miyabi merupakan aktris Porno papan atas di negaranya. Menjadi mahfum jika film yang dibintanginya pasti masih seputar Wilayah Dada,Selangkangan dan Lendir. Bohong besar jika produser kedua film tersebut tidak akan menampilkan adegan bugil. Karena saya yakin, Produser film tersebut tahu betul selera pasar film di Indonesia sangat menggiurkan di film bergenre Dewasa ini.

Belum tuntas dengan Suster keramas, kini muncul film hantu puncak datang bulan dan segera akan dilanjutkan dengan film Diperkosa Setan. Demand pasar yang begitu tinggi pada film bergenre Horor Dewasa seakan menandakan bahwa Industri ini tidak akan mati sebatas didemo dan ditolak saja. Perlu ketegasan batasan dan regulasi oleh pemerintah sendiri. Namun jika ditilik dari mudahnya pemerintah (dalam hal ini BSF) meloloskan film bergenre Dewasa ke masyarakat, bukan tidak mungkin legalisasi Industri pornografi tidak akan lama lagi.